Versiteks Manga Overlord Chapter 1 Bahasa Indonesia

Table of Contents

Di dalam sebuah Apartemen, dalam kamar seorang pria memakai peramgkat lunak Virtual Reality.

"Login..." ucapnya mulai memasuki game.

Dari semua game MMO-RPG, Yggdrasil menjadi game yang bersinar paling terang.

Dikeluarkan 10 tahun yang lalu, game ini memperbolehkan pemainnya mendesain karakter, item dan pengikut mereka sendiri. Karena kostumisasi yang luar biasa ini, sehingga membuat game ini meledak di pasaran.

Versiteks Manga Overlord Chapter 1 Bahasa Indonesia
Versiteks by: Mukhai

Disuatu tempat, dimana sebuah bangunan besar bernama The Great Tom of Nazarick berdiri. Bangunan yang dibangun oleh 41 orang dan markas dari Ainz Ooal Gown.

Ainz Ooal Gown, adalah guild yang beranggotakan orang-orang dewasa dan karakternya harus non-manusia. Dan dulu mereka sangat terkenal di seluruh penjuru Yggdrasil. 

Tapi ... Itu semua hanya masa lalu.



Sebuah meja bundar dan besar yang terbuat dari batu obsidian yang berkilauan berada di tengah-tengah aula guild, dikelilingi oleh 41 kursi mewah. Tapi kebanyakan darinya tak ada yang menempati. Hanya ada dua siluet yang tampak sekarang dimana semua anggota tersebut dulunya duduk. 

"Sepi sekali ya Herohero." kata Momonga, dia memakai Jubah akademis yang hitam pekat. Namun, kepalanya hanya berupa tengkorak yang berlubang tanpa daging dan kulit. 

"Benar sekali Momonga." balas Herohero.

Individu lain yang disebut Herohero juga bukan manusia, Seperti segumpal cairan yang pekat dan hitam. Permukaannya seperti aspal, yang bergetar dan tak pernah mempertahankan bentuk yang konsisten sedetikpun.

Namun, mereka bukanlah monster.

Mereka adalah karakter pemain.

"Walaupun di hari terakhir game ini, aku tak menyangka kau akan datang." ucap Momonga.

"Ya. Sepertinya sudah 2 tahun, aku sibuk mencari pekerjaan baru." ujar Herohero menjawab. "Tetap saja, aku tidak menyangka Nazarick masib berdiri sampai saat ini"

"Hahaa, sudah menjadi tugas pemimpin guild untuk menjaga guildnya." balas Momonga

"Jujur saja... Aku ingin menemanimu sampai game ini ditutup. Tapi aku mulai ngantuk..." kata Herohero merasa menyesal.

"Terimakasih sudah datang, kau tidur saja."

"Aku benar-benar minta maaf. Semoga kita bertemu lagi, mungkin di Yggdrasil 2." kata Herohero bersiap logout.

"Tentu saja, kita pasti bertemu lagi. Btw mau bertemu dimana..." Sebelum Momongamenyelesaikan perkataannya, Herohero sudah keluar menuju dunia nyata.



"AAPA-APAAN INI?!" 

Momonga menghantam meja, perasaan sebenarnya yang menggumpal sekian lama meledak keluar.

"Ini kan Great Tomb of Nazarick, dimana kita membangun guild kami. Bagaimana kalian bisa meninggalkan guild ini begitu saja?" Lanjut Momonga dengan nada marah yang tercampur dengan kesedihan.



'Aku mengerti kalian semua sibuk di dunia nyata' Momonga bergumam seakan meyakinkan dirinya dan berdiri dari kursinya. Dia berjalan menuju dinding dengan sebuah tongkat yang menggantung di dinding tersebut.

The Staff of Ainz Ooal Gown,.

Sejata terkuat yang menjadi simbol guild kami. 

Beberapa orang mengorbankan waktu untuk membuatnya ...

Setidaknya aku akan beringkah sebagai pemimpin sampai akhri.

"Ayo, simbol guild kami..." Tongkat tertinggi yang tidak pernah dia pegang sekalipun setelah jadi akhirnya jatuh ke tangannya sebagai pemilik asli dengan berakhirnya layanan online dari Yggdrasil yang sebentar lagi.


Momonga meninggalkan ruangan yang bernama Meja Bundar.

Jejak kaki Momonga bergaung di lorong, diikuti dengan pijakan tongkatnya. Setelah beberapa kali belokan melewati sudut dari aula yang luas, Momonga melihat seorang wanita di kejauhan yang bergerak mendekatinya.

Ketika 2 orang itu bertemu, si maid minggir dan membungkuk kepada Momonga. Dibalas dengan sedikit mengangkat tangannya. Ekspresi Maid tidak berubah, wajahnya menunjukkan wajah tanpa senyum yang sama dengan sebelumnya. Maid ini adalah Non-Player Character (NPC) atau Karakter bukan pemain.

Momonga menatap tidak hanya penampilan para maid, tapi juga seragam mereka yang menakjubkan detilnya. 'Senjata terbaik dari seorang Maid adalah seragamnya'.

"Lanjutkan pekerjaan kalian."

Momonga mengatakan frase perpisahan dan berjalan melewati maid tersebut. Tentu saja, di sisi lainnya tidak ada respon.


Dengan meninggalkan si maid, Momonga melanjutkan perjalanannya.

Tidak lama, sebuah tangga raksasa tampak di depan Momonga. Dia turun dengan pelan dari tangga dan sampai di lantai paling akhir.

Great Tomb of Nazarick lantai 10.

Tempat dimana dia sampai adalah aula yang luas, aula terbuka dengan beberapa pelayan yang menunggunya. Pelayan pria didepannya adalah seorang kepala pelayan tua yang gagah dengan rmbutnya putih semua

Di belakangnya ada beberapa maid yang mengikutinya seperti bayangan.

"Hmm."

Melihat kepala pelayan dan para maid yang membungkuk didepannya.

"Ikuti aku." Momonga memberi perintah.

Momonga berjalan menyeberangi Lemegeton dengan para pelayan dan tiba di depan gerbang besar di sisi lain. Berdiri lebih dari 5 meter, Pintu ganda yang besar ini terdapat ukiran dewi di panel kiri dan iblis di panel kanan.


Ruang takhta.

Ruangan ini sangat sempurna hingga akhir. Momonga melangkah ke dalam aula, ruangan itu sangat luas sampai bisa menelan setiap suara langkah kakinya, lalu dia berputar dan memandang NPC wanita yang berdiri di samping takhta.

Dibungkus pakaian berwarna putih murni, dia adalah wanita cantik dengan wajah dewi. Sangat berlawanan dengan pakaiannya, dia mempunyai rambut hitam kelam yang menggoda mengalir ke bawah hingga pinggangnya.

Namanya adalah Albedo, Pengawas dari seluruh Guardian Lantai dari Great Tomb of Nazarick.

Setelah sampai di tangga beberapa langkah, Momonga sadar bahwa sudah lama dia tidak memberikan perintah pada NPC disini.

"Bersiap."

Setelah Momonga memberikan perintah langsung, dia naik hingga di depan kursi takhta. Momonga menatap terang-terangan pada Albedo yang berdiri di sampingnya. Dia jarang berkunjung ke ruangan ini di masa lalu, jadi dia tidak pernah memperhatikan padanya sebelum ini


'Aku yakin Tabula yang mendesain Albedo?'

Karena penasaran, Momonga mengoperasikan console dan menggunakan pengaturan detil dari Albedo.

Sebuah teks yang banyak dan rapat membanjiri penglihatannya. Panjangnya tidak sama dengan puisi epik. Kelihatannya dengan membaca semuanya saja bisa membuatnya terlewat dari waktu server dimatikan.

'dia pasti terlalu terobesi.' Dengan perasaan seperti menginjak jebakan, Wajah Momonga yang tidak bergerak mulai bergetar. 'Ini terlalu panjang.'

Karena dia sudah mulai membaca, dia memutuskan untuk melihatnya hingga akhir. Tanpa memperdulikan isi yang sebenarnya, dia melewati dinding teks dengan cepat.

Setelah melewati semua teks yang panjang, Momonga akhirnya mencapai bagian akhir dari pengaturannya. Tapi setelah membaca apa yang tertulis disitu, pikirannya langsung berhenti.

"... .."
 
Dia kehabisan kata-kata. Akhir dari teks panjang tentang Albedo memberi tahu bahwa [Dia juga seorang nympho.]

'Aku pernah melihatnya sih. Tapi ini...'

 
Setiap NPC yang dibuat oleh anggota adalah salah satu dari warisan guild. Momonga merasa tidak enak dengan Albedo, yang termasuk peringkat kesatu diantara NPC, dengan pengaturan seperti itu.

"..KUUBAH SAJALAH."

Momonga menggerakkan tangan yang memegang tongkat. Biasanya dia butuh tool editing untuk merubah pengaturan, tapi karena saat ini dia sedang menggunakan hak istimewa sebagai guild master, dia bisa mengaksesnya langsung. Mengoperasikan konsolnya, dia langsung menghapus sebuah kalimat.


Dia mengetikkan sesuatu pada keypad konsol. Sebuah kalimat tunggal: [Dia mencintai Momonga]

"Yah, lagipula game ini akan berakhir."

Duduk di singgasana, merasa malu namun lega, Momonga melihat sekeliling ruangan dan melihat Sebastian dan para maid berdiri tanpa bergerak sama sekali. Meskipun mereka berkumpul di tempat yang sama, rasanya seperti terisolasi.



Momonga mengangkat tangan kirinya untuk melihat jam hologramnya.

23:57:53

Waktuku tinggal sebentar lagi.

Momonga menyandarkan punggungnya ke singgasana dan melihat ke atap dengan pelan. Dia sedang menunggu. Menerima tantangan terakhir sebaga seorang guild master.
 
Sepertinya guild ini hanya peninggalan masa lalu...
 
Momonga memikirkannya dalam hati.

Matanya melihat bendera besar yang menggantung di atap. Jumlahnya adalah 41. Satu bendera setiap anggota guild, masing-masing memiliki desain sendiri. "Emblem kita..."

Lalu dia menggerakkan jarinya ke bendera yang adalah pendiri guild Ainz Ooal Gown's.

"Touch Me."

Selanjutnya dia menunjuk bendera milik 3 anggota cewek Ainz Ooal Gown lainnya.
 
"Shi-juuten Suzaku."
"Ankoro Mochi-Mochi."
"Herohero"
 
Momonga mengucapkan nama pemilik bendera lainnya dengan lembut.

"Peroroncino, Bubling Teakettle, Urbelt, Tabula Smaragdina, Takemikazuchi..."


"...Dan Aku"

Mengingat nama-nama dari 40 temannya bukanlah perkara yang sulit bagi Momonga. Nama-nama temannya sangat lekat di otaknya. Momonga bersandar lagi.

 "Waktu itu sangat menyenangkan..."


Aku harus bangun jam 4. Jadi aku akan segera tidur setelah server ditutup.


23:59:59

Dengan jam yang menunjukkan detik-detik akhir, dia menunggu akhir dari dunia fantasi ini...


 

"..Huh?"

Momonga membuka mata.

Momonga tidak bisa menahan kekagetannya. Karena ragu, dia melihat jam berulang kali tapi tetap sama. Bahkan setelah beberapa saat memikirkannya, dia tidak bisa mendapatkan jawaban lain.

"Apa? Apa yang terjadi?"

0:00:01

Seharusnya game ini sudah ditutup.
 
Waktu sudah lewat dari yang ditetapkan dan kelihatannya ada jika sistem tidak error, tidak mungkin ini salah.
 
"Apa mereka menundanya?"

Momonga sangat bingung.. Banyak penjelasan yang datang ke otaknya, tapi tak ada satupun yang kelihatannya benar. Penjelasan yang mungkin adalah adanya penundaan penghentian server karena ada error pada sistem.

"Apa yang terjadi!? Apa ada masalah..."




"Tuan Momonga?"
 
Momonga merasa frustasi karena tidak menerima akhir yang hebat. Namun ditengah-tengah rasa frustasi itu, dia mendengar suara wanita yang manis memanggilnya.
 
Meskipun dia kaget, Momonga mulai mencari sumber suara. Ketika dia menemukan siapa itu, dia pun terdiam tak bisa berkata apapun. Suara itu berasal dari seorang NPC, dia adalah Albedo.

Apa ini?

 

Apa yang...
 
Meskipun Momonga merasa tidak tenang dan bingung, dia juga sedikit kaget dengan ketenangannya. Dia mencoba semua fungsi yang digunakan di Game: Chat, Call, Log Out dan lain-lain..
 
Tak ada yang berhasil. kelihatannya seperti dihapuskan dari sistem.
 
"Aku tidak bisa menghubungi Admin?!"
 
Kemarahannya keluar dan menggema dia ruangan Tahta lalu hilang.

Melihat kemarahan Momonga, Albedo pun merasa bingung, "Admin?"

Melihat kebingungan Albedo, Momonga tidak tahu bagaimana harus menjawabnya. Karena banyak hal yang tak dapat dipahami terjadi sekaligus, pikirannya kosong.

"Sebas." panggil Momonga

"Ya tuan." jawab Sebas dengan sigab.

Dia seperti hidup...

Melihat tingkah Albedo dan Sebas, Momonga tidak mungkin mengabaikan begitu saja tingkahnya yang seperti manusia. Meskipun Momonga bisa dengan jelas melihat bagaimana tingkah mereka yang tidak normal, dia masih tidak bisa memahami apa yang terjadi. Di situasi seperti ini, yang hanya bisa dia lakukan adalah mencoba untuk menekan perasaannya khawatir dan terkejutnya.

"Bawa para Pleiades dan cek seluruh makam." Momonga menunjukkan sikap seorang pimpinan dan memberi perintah kepada Sebas. Tak lupa, setelah itu dia juga memberi perintah kepada para pelayan yang lain, 

"Pleiades yang lain berkumpul di lantai 9, berjaga jaga jika ada yang datang dari lantai 8."

"Sesuai perintah anda Tuan Momonga." jawab mereka secara serempak.

Setidaknya mereka tidak menolak perintahku...

Fakta bahwa mereka tidak menolak perintah adalah sinyal yang baik. Dengan itu, langkah pertama telah diambil.

"Selanjutnya..." 

'..Jika aku tidak bisa menghubungi Admin.' Mempertimbangkan situasi Momonga yang tidak normal, yang paling tahu tentang itu seharusnya adalah perusahaan game, tapi metode itu kelihatannya juga gagal saat ini. 'Aku bisa menghubungi anggota yang lain menggunakan sihir...'

Sihir?

'Apa aku masih bisa menggunakan sihir seperti di game?' 


"Tuan Momonga, bagaimana dengan saya?"

Pertanyaan Albedo memecah pikiran Momonga, Sebas dan para maid telah hilang di sisi lain, menyisakan Albedo seorang diri. Momonga merasa seakan beban berat jatuh dari pundaknya dan melihat ke arah satu orang yang tertinggal bersamanya sambil tersenyum.

"Kau bisa.., ehmm. Aku mengerti."

Momonga bangkit dari duduknya dan berkata: "Kemarilah."

Albedo maju ke arah Momonga. 

"Aku akan menyentuhmu." Kemudian Momonga meraih tangan Albedo.

'Dia punya denyut nadi.' Dia hanya ingin merasakan denyut nadi Albedo. ..Berdetak. Jantungnya berdetak, 'Dia hidup... Jangan-jangan...'

 

 "Albedo, a-apa kau keberatan jika aku menyentuh dadamu?"

"Huh?" Suasananya langsung membeku. Albedo membelalakkan matanya karena kaget. Bahkan Momonga pun merasa malu.

Ini bukanlah pelecehan seksual, aku tidak akan pernah melakukan hal sekeji itu.  Ini adalah hal yang harus aku lakukan, jadi aku bisa menggunakan otoritasku sebagai atasannya. Momonga meyakinkan dirinya sendiri, dia berusahan menenangkan diri dan dengan wibawa seorang Pemimpin dia berkata: "K-kau tidak keberatan kan?"

Tidak merasa malu sedikitpun. Mendengar permintaan Momonga yang tergagap, Albedo terlihat seperti ingin meledak kegirangan. "Tentu saja tidak, silahkan lakukan semau anda."

Apa? benarkah? 


Albedo mendorong dadanya kedepan, puncak kembar miliknya yang menonjol dengan indah, di depan Momonga. Jika dia mampu menelan ludah, dia pasti sudah melakukannya berkali-kali. Dengan meraihkan tangannya, dia memegang dada Albedo yang ditutupi oleh jubah seremonial. Ada ketegangan dan kegembiraan dengan jumlah tidak normal dan di sudut pikirannya dia dengan tenang mengamati pemikirannya.

Yggdrasil melarang konten-konten 18+. Setidaknya ini akan... jika aku bisa melakukan ini, berarti...

"Unn.. Anh.."

Setelah membelainya dalam sekian waktu, dia berpikir bahwa 'milik' Albedo sangat lunak. Momonga akhirnya mampu memahami situasi saat Albedo mengeluarkan erangan kecil, Momonga menghentikan percobaannya. "Maaf Albedo.' 

Setelah mempelajari apa yang barusan dia rasakan, Momonga datang dengan dua penjelasan yang mungkin terhadap situasi ini. Pertama, ini bisa saja DMMORPG yang baru. Artinya dengan berakhirnya Yggdrasil, sebuah Yggdrasil II yang baru telah diluncurkan.

Tapi setelah percobaan ini, kemungkinan akan peluncuran game baru menjadi tidak mungkin... karena sebuah game akan melarang tindakan yang dikategorikan untuk 18 tahun keatas...

"Ah, Tuan Momonga,"



 

Albedo menghela nafas dengan wajah memerah, seperti mengeluarkan uap panas dari tubuhnya. Dengan malu-malu dia bertanya pada Momonga: "Apakah aku akan melakukan untuk pertama kali disini?"

Setelah Albedo terbawa suasana dan bertanya demikian, Momonga tanpa tertahan lagi dengan kagetnya bersuara keras: "...Apa-?"

Pertama kali apa maksudmu?
 
Pikiran Momonga tiba-tiba hampa, tidak mampu menerjemahkan kalimat Albedo.

"Bagaimana dengan bajuku?"
 
!!?

 

"Apakah aku harus melepas bajuku sendiri? Atau tuan melepaskan? jika aku masih memakai baju, nanti kotor... meski aku tidak keberatan."
 
Otak Momonga akhirnya bisa mengerti perkataan Albedo. Tidak, sekarang ini hal itu masih dipertanyakan apakah Momonga masih punya otak di dalam tengkoraknya atau tidak. Merasa sadar akan apa maksud Albedo sebenarnya, hatinya bimbang: "Sudah cukup Albedo."
 
"Huh?"
 
"Sekarang bukan waktunya melakukan hal semacam itu."
 
"Mmaafkan saya. karena mempriotaskan kemauan pribadi saya saat keadan genting..." Albedo mulai berlutut meminta maaf, tapi Momonga menghentikannya.
 
"Tidak, Apa-apa."

Menakutkan sekali...

"Albedo. Cari semua penjaga di seluruh lantai.. dan suruh mereka berkumpul di arena lantai 6."
 
"Baiklah tuanku!" 

Menerima perintah, Albedo buru-buru meninggalkan ruang tahta. Melihat punggung Albedo yang menghilang, Momonga menghela nafas setelah Albedo meninggalkan ruang tahta.

 

"Ya ampun."

Momonga menggerutu sendiri, warisan Tabula Smaragdina yang berupa Albedo diciptakan dengan susah payah dari nol, lalu diubah tanpa permisi [Dia mencintai momonga] dan akhirnya sifatnya seperti itu.

Karena lelucon itu

"Karakter buatan Tabula jadi seperti ini..." Momonga merasa dia sudah menodai mahakarya seseorang dan menjadi murung. Tapi wajah Momonga hanyalah tengkorak, membuatnya sulit untuk melihat perubahan wajahnya "Tapi tetap saja, ini bukan waktunya untuk memikrkan hal itu."
 
Dia bertekad untuk menyingkirkan masalah ini sementara. Dia mempunyai masalah lain yang harus dihadapi sekarang dan memerlukan prioritasnya.

 

Kembali lagi ke game, cincin ini bisa membuatku bergerak ke semua lantai dengan bebas.

Momonga melihat jarinya-jarinya yang tinggal tulang belulang. Dia memakai cincin di jarinya, cincin di tangan Momonga adalah cincin Ainz Ooal Gown. Memungkinkan baginya untuk berteleport dengan bebas diantara setiap ruangan yang ada di Nazarick. Setiap anggota Ainz Ooal Gown harus memakai cincin ini. Setelah mengaktifkannya, dia mulai berpindah ke terowongan yang gelap hingga dia tiba pada cahaya putih di ujungnya.

"Ini bekerja...."

Setelah teleportasi berhasil, Momonga lalu berjalan melewati lorong yang lebar. .

 

Setelah hampir sampai di ujung lorong, sebuah pintu terbuka secara otomatis untuk Momonga. Di sisi lain ada arena yang luas dan dikelilingi oleh beberapa lapisan dari auditorium.

Momonga melihat sekeliling. Arena ini seharusnya dikelola oleh si kembar itu... lalu tiba-tiba..
 
"HUP"
 
Terdengar suara loncatan, sebuah siluet melompat dari tribun VIP. Kakinya yang lengkung dan lembut meredam benturan dan mengeluarkan ekspresi bangga dengan tanda "V" yang berarti Victory atau kemenangan dengan tangannya.

"Itu, Aura."

Momonga berjalan menuju si Dark Elf sambil menyebut namanya. Dia adalah seorang guardian dari lantai 6, Aura Bella Fiora. Dengan langkah kecil, Aura mulai berlari ke arah Momonga.

"Uggh."

Mendengar teriakan dari atas, Aura buru-buru berbalik dan melihat ke arah ruangan VIP dan dengan keras berteriak:

"Tuan Momonga ada disini! Cepatlah kemari!"

Di dalam bayangan ruangan VIP, terlihat sebuah bayangan yang gemetaran. "Aku tahu."

 


"Dasar lamban."
"Ekkk!"

Seorang anak dengan penampilan mirip Aura muncul, Mare Bello Fiora. Meskipun panjang dari rambut, warna rambutnya, warna matanya, atau tampilan wajahnya, si kembar itu tidak mirip satu sama lain. Yang satu gemetar ketakutan, sementara yang lain mengomelinya.

"Mereka berdua seperti hidup..."

Momonga merasa kaget bagaimana mereka menampakkan ekspresi tersebut. Sejauh yang Momonga tahu, kepribadian Mare tidak diprogram seperti itu. Para NPC hanya mempunyai sebuah ekspresi dan meskipun jika peran para NPC diperluas, mereka seharusnya tidak mampu merubah ekspresinya. Namun dua orang Dark Elf kecil di depan Momonga ini menunjukkan berbagai macam ekspresi wajah.


"Owww.." jerit Mare kesakitan yang lehernya tercekek oleh Aura
"Kau ini ya..." balas Mare masih terus menyiksa.
 
Kuharap Bubbling Teakettle bisa melihat karakter ciptaannya.
  
Setelah puas melihat pertengkaran kedua dark elf tersebut, akhirnya Momonga mengingat tujuannya datang kesini: "Mare, Aura. Bantu aku latihan."

Mendengar kata Momonga, sontak kedua dark elf itupun terkejut. "Anda ingin berlatih tuan Momonga?"

"Aku akan mencoba kekuatan tongkat ini."

Momonga membawa tongkat yang melayang ke tangannya...

"I-itu.."
"The Staff of Ainz Ooal Gowl!"

Seruan Aura dan Mare yang tidak bisa menutup kekagumannya melihat senjata yang dibangun bersama oleh para anggota guild. Sebuah senjata dari pemimpin tertinggi, tongkat Ainz Ooal Gown.

"Apa kau keberatan?" tanya Momonga

"Tidak sama sekali."

Aura langsung memanggil 3 hewan buas keluar tiba-tiba. Mereka diperintahkan untuk menyusun jerami-jerami menjadi bentuk orang-orangan sawah.

Yah aku akan mencoba kemampuanku menggunakan ini.

Melihat tumpukan jerami yang telah di susun rapi berjejer didepannya seperti orang-orangan sawah, Momonga siap mengeluarkan kemampuannya.

"Oke."

Di dalam arena, Momonga mempersiapkan jarinya untuk mulai merapal mantra ditujukan pada orang-orangan sawah di tengah arena.

[Fireball!]

Momonga mengangkat tongkatnya lalu tongkat tersebut tiba-tiba memancarkankan cahaya yang indah yang dengan cepat melesat menuju target dan orang-orangan sawah itu terkena bola api dan berubah menjadi abu.



 

Recast Time-nya masih sama... Momonga menghela nafas

Namun menggerakkan matanya kembali ke orang-orangan sawah yang terbakar habis, Momonga terdengar lebih bangga karena hasil percobaan yang sangat memuaskan ini.

"Sempurna."

Momonga tidak bisa tidak mengeluarkan suara penuh kepuasan.

Mata Aura dan Mare semakin lebar hingga terlihat seperti hampir copot. mereka penuh kekaguman melihat kekuatan Pemimpin tertinggi dan juga Penguasa Makam Nazarick.

"Tuan Momonga, apakah kami harus membawa target yang lebih banyak?"

"Tidak, tidak usah." jawab Momonga

Aku bisa menggunakan sihir, berarti...

Melihat percobaan pertamanya berhasil, dia bisa menggunakan sihir di dunia ini, itu berarti dia bisa melakukan tes berikutnya, "Message."

Setelah itu Momonga mencoba berkomunikasi menghubungi teman-temannya melalui Message.

Tidak ada temanku yang merespon... Setelah mencoba berulang kali dan tanpa hasil apapun dia merasa menyerah, Jadi hanya aku yang diteleportasi ke sini?

"Sebas."

"Oh tuan Momonga, apa ada yang tuan perlukan?" balas Sebas menjawab.

Mendengan balasan Sebas, Momonga bisa memutuskan bahwa magic "message" masih bisa digunakan namun hanya untuk orang-orang di dunia ini.

"Bagaimana situasi disana?" tanya Momonga

"Bangunan ini dikelilingi oleh padang rumput." ucap Sebas

"Padang rumput?" seru heran Momonga

"Benar... hanya ada padang rumput disekitar kita." lanjut sebas memberi tahu. "Saya masih belum menemukan tanda-tanda kehidupan disekitar sini."


 

Padang rumput?

"J-jadi bukan rawa-rawa?"

Di sekeliling Makam bawah tanah Nazarick seharusnya ada rawa-rawa besar.

"Benar saya juga tidak melihat ada bangunan disekitar sini." tambah Sebas

Mendengar itu Momonga tidak bisa mempercayainya. Namun hatinya tahu kalau ini mungkin benar.

Apakah ini... bukan Yggdrasil?

Setelah mengakhiri "message" dengan Sebas. Momonga menghela nafas

Fakta bahwa NPC menjadi hidup sudah membuktikan bahwa...

Tiba-tiba dia teringat mata si kembar yang memandanginya.

"....."

A-apa aku tadi mengatakan ingin mencoba kekuatan tongkat ini...Tak tahan dengan mata menyembah kedua dark elf itu, akhirnya Momonga menunjukkan kekuatan dari tongkatnya. Dengan mengangkat tongkat tingi-tinggi, Momonga tidak ragu-ragu memanggil monster elemen api.


Segera setelah itu, tornado api besar yang cukup kuat untuk melelehkan logam dan sebuah cahaya yang menyilaukan mengelilinginya, terus menerus bergoyang hingga menyerupai bentuk manusia.

"Ooooh!" Ucap Aura dengan sebuah ekspresi gembira seperti anak-anak yang menerima hadiah natal muncul.

"Bolehkah saya melawannya?!"

Melihat kemunculan monster tersebut, Mare mencoba melarikan diri, "Ah, ada hal yang harus saya..."

Namun sebelum Mare berhasil kabur, salah satu tangan Aura memegang tangan Mare dan seperti tidak membiarkannya lepas. Senyum Aura membuat Mare terdiam. 



Mare ditarik ke depan monster elemen api. Menghadapi api yang ganas yang terpancar dari Monster Elemen Api, Aura dan Mare sedang menghadapi musuh mereka dengan pertempuran 2 vs 1.

Aura menyerang api dari Fire Elemental sambil memegang cambuk di udara, sedangkan Mare menggunakan magic untuk memberikan damage.

Aku bisa menggunakan kekuatan yang aku peroleh di YGGDRASIL, Pikir Momonga sambil mengamati pertempuran Aura dan Mare, Tapi aku harus mencari lebih banyak informasi tentang dunia ini... 

Tetap saja,
Apa ini dunia lain,
Haruskah aku kembali ke duniaku sendiri? Aku tidak yakin...
Aku tidak punya teman, keluarga ataupun pacar.

Hidupnya hanya perulangan dari bekerja di kantor lalu pulang. Setelah pulang dia masuk ke Yggdrasil dan bermain, jadi..

Kenapa aku harus kembali ke dunia seperti itu?

Sementara Momonga masih berpikir, Aura dan Mare telah selesai menghajar Monster Elemen Api tersebut pelan-pelan hingga meleleh dan menghilang di udara yang tipis. Panas yang dikeluarkan ke udara juga berangsur-angsur menghilang.

"Phew..." Ujar Aura sambil mengelap keringat dari dahinya dengan wajah puas. 

Sementara di sisi Mare dia terlihat sangat kelelahan.

"Bagus sekali."

Mendengar pujian tulus dari Momonga, kedua anak tersebut tersenyum lebar.

"Terima kasih banyak!"



Tiba-tiba sebuah suara terdengar:

"Oh? Apa aku yang pertama datang?"

Meskipun gaya bicaranya dewasa, suaranya terdengar sangat muda dan sebuah bayangan muncul dari  pintu dan seorang individu pun muncul. Dengan mengenakan gaun yang terlihat lembut, hitam dengan rok yang terlihat berat dan besar.

Penjaga Great Tomb Nazarick Lantai 1-3 - "True Ancestor" Shalltear

"Aku mencium bau bakar disini." ucap gadis yang disebut Shalltear tersebut berjalan langsung ke depan Momonga.

Kalau tidak salah Peroroncino yang mendesainnya...

Sebelum Momonga selesai berpikir, tangan ramping dari Shalltear bergerak menuju kepala Momonga dan memeluknya:

"Ahh, Tuanku..." Dia membuka bibirnya, sambil memperlihatkan lidahnya yang lembab. Lidahnya seperti hewan, menjilat bibirnya sekali dan berulang-ulang. bau harum keluar dari mulutnya. "Satu-satunya kekasihku yang tak bisa kukendalikan.

"Melihat prilaku Shalltear, Aura pun menjadi kesal.

"Dada palsu."

Seperti menjatuhkan sebuah bom, mendengar itu Shalltear pun menjadi panik.

"Ba-bagaimana kau bisa tahu?" tunjuk Shalltear dengan panik menutupi dadanya.

Di sisi lain, Aura tersenyum dengan jahat:

"Bukankah sudah jelas! dadamu tidak sebesar itu."

Takut melihat pertempuran antara keduanya, Mare bersembunyi di belakang Momonga.

"Diamlah! Kau juga tidak punya!" ujar Shalltear dengan nekat membalas.

Mendengar itu, Aura menjawab dengan percaya diri.

"... Nanti juga bakalan tumbuh kok."

Melihat perkelahian mereka, Momonga jadi teringat bahwa pencipta dari Shalltear, Peroroncino dan pencipta dari Aura serta Mare, Dubbling Teakettle memang terkadang berisik seperti mereka berdua ini.

Aku baru ingat Dubbling Teakettle dan Peroroncino adalah saudara...

"Pasti sangat susah bagi seorang Undead hidup tanpa masa depan yang jelas?" tambah Aura mengejek

"Kenapa kau tidak berkaca pada dirimu? Dasar Cebol!"

"Bukankah dadamu akan rusak jika kau berlari?"

Mendengar itu Shalltear tidak tahan lagi dan langsung menyerang Aura, dan keributan pun terjadi antara mereka berdua saling serang.

"Kenapa ribut-ribut!?"

Tiba-tiba terdengar suara yang muncul, dua orang yang bertengkar pun berhenti.



"Sudah cukup bermainnya, tuan kita ada disini."

Melihat dari arah sumber suara, tanpa tahu kehadirannya, mereka mulai merasakan hawa dingin, figur yang berbentuk aneh. Dengan ukuran yang besar sekitar 2,5 meter dan terlihat seperti serangga yang berjalan dengan dua kaki.

Penjaga Great Tomb Nazarick Lantai 5 - "Frozen Ruller" Cocyrus.

"Bocah ingusan ini menghinaku!"

"Aku hanya bicara jujur kok!"

Seru mereka membela diri. Shalltear dan Aura saling menatap satu sama lain dengan mata yang tajam.

Momonga akhirnya menggunakan suara kecil untuk memperingatkan mereka berdua: 

"Aura, Shalltear. Sudah cukup."

"Ma-maafkan kami." Mendengar peringatan Momonga, akhirnya dengan panik mereka meminta maaf.

Momonga mengangguk menerima permintaan maaf mereka. Mengikuti pandangan ke arah pintu masuk arena, setiap orang bisa melihat dua bayangan yang semakin mendekat. Tiba di jarak tertentu, Albedo tersenyum dan membungkuk dengan dalam terhadap Momonga.



Si Pria juga tersenyum dengan elegan

"Maaf sudah menunggu lama."

Dengan rambut hitam rapi tersisir dan kacamata bundar, matanya yang sipit seperti tidak terlihat. Mengenakan pakaian orang Inggris, tentu saja dengan dasi, tetapi meskipun dia berpakaian seperti seorang pria gagah, setiap orang bisa merasakan sisi jahat yang tersembunyi dibaliknya.

Penjaga Great Tomb Nazarick Lantai 7 - "Infernal Prison Creator" Demiurge.

Dan setelah melihat mereka semua berkumpul, Albedo memberikan instruksi terbuka: 

"Sekarang... tunjukkan kesetiaan kita pada pemimpin agung."

Semuanya mulai membentuk baris dengan Albedo berdiri di depan dan semua guardian berberis rapi di belakangnya. Setiap Guardian menunjukkan ekspresi serius dan hormat. Shalltear yang berdiri yang paling dekat maju ke depan, Dengan berlutut, satu tangan di dada dan memberikan sikap hormat yang dalam:

"Shalltear Bloodfallen, Penjaga lantai 1, 2 dan 3, dibawah perintah anda."

Setelah upacara yang dilakukan oleh Shalltear, Cocytus maju ke dapan:

"Cocytus, Penjaga lantai 7, dibawah perintah anda."

Lalu tiba giliran si kembar dark elf:

"Aura Bella Fiora, Penjaga lantai 6, dibawah perintah anda."

"Mare Bello Biore, Penjaga lantai 6, dibawah perintah anda."

Seperti yang lainnya, Demiurge yang mengambil langkah dengan anggun:

"Demiurge, Penjaga lantai 7, dibawah perintah anda."

Dengan nada yang dingin dan postur yang elegan, Demiurge hormat dengan sungguh-sungguh. Akhirnya, Albedo melangkah ke depan:

"Albedo, Komandan dari semua penjaga, dibawah perintah anda."

Albedo yang berlutut seperti Guardian-Guardian yang lain melanjutkan laporannya dengan kepala masih menunduk dan dengan suara yang jelas kepada Momonga:

"Tanpa kehadiran Gargantua, penjaga lantai 4, dan Victim, Penjaga lantai 8. Semua penjaga sudah ada disini menunngu perintah anda."



"Berikan kami perintah pemimpin agung, kami akan menuruti semua perintah anda."

Menghadapi 6 kepala yang menunduk, Momonga terlihat tidak mampu mengeluarkan kata apapun. Ini adalah tekanan yang dirasakan oleh orang yang menjadi pemimpin. Perintahnya akan mempengaruhi masa depan, jadi dia measa sedikit ragu dalam mengambil langkah selanjutnya. Great Tomb of Nazarick mungkin bisa hancur karena keputusannya.

Tidak, ini bukanlah masa lalu. 

"Bagus..." ucap Momonga memecah keheningan.

Semuanya ada disini, wujud dari keinginan mereka...

Momonga menyadari bahwa dia tidak lagi berada di dalam dunia game Yggdrasil, Namun..

"Para penjaga, mungkin mereka juga ada disini!" kata Momonga memberi peringatan.

Setelah mendengar ini, masing-masing Penjaga mengangguk tanda mengerti.

"Aku yakin kalian pasti mengerti... apa yang kuinginkan tidak boleh gagal."

Dia tidak tahu apakah ada pemain lain yang juga datang kedunia ini, tapi lebih bijaksana jika level waspada dari Nazarick ditingkatkan untuk berjaga-jaga.

Aku dibawa kedunia lain dan 'mati'.
Tidak, itu tidak benar, aku tidak 'mati'...
Tidak ada lagi pria muda yang kesepian.
Akulah 'orang yang bisa melampaui kematian' [Overlord]