LMS Vol 23 Chapter 4 - Bahasa Indonesia

Table of Contents
The Legendary Moonlight Scupltor
Jilid 23 Chapter 4
Istana Pasir Yang Tak Bisa Hancur


"Ya ampun, apa yang membuat dia begitu lama?"

Lee Hyun sedang menunggu Seoyoon di stasiun kereta.

Setelah berubah menjadi seorang Death Knight, dia sangat sibuk berburu. Dia sekarang bisa mengenakan armor plat besi, menggunakan energi kegelapan dan memperkuat ilmu pedangnya.

Strength dari kelas Knight sangatlah besar! Banyak player memilih kelas ini karena memiliki keseimbangan yang bagus serta banyak keuntungan.

Dengan kemampuan menunggang kuda miliknya yang luar biasa, kecepatan pergerakannya sangat cepat. Merawat kudanya adalah hal yang kurang menyenangkan, tetapi kuda itu sangat berguna dalam pertempuran sehingga kuda itu layak untuk diurus. Satu-satunya kekurangannya adalah staminanya akan menurun dengan sangat cepat dibandingkan kelas yang berbeda seperti Swordman, tetapi itu bukanlah masalah karena Death Knight adalah seorang Undead.

"Ini adalah saat yang sempurna untuk leveling serta..."

Lee Hyun memutuskan untuk menepati janjinya dan meninggalkan rumah sedikit lebih awal.

Seoyoon tiba 10 menit sebelum jam 8 siang, waktu pertemuan.

Dia membawa dua tas travelling. Bahkan memakai T-shirt putih sederhana dan jeans yang dia kenakan sangat indah. Orang-orang yang ada di stasiun tak bisa mengalihkan mata mereka dari dia.

Melihat sekilas pada wajah Seoyoon, Lee Hyun mendapatkan kesan dari kecantikan yang murni. Dia tak bisa berbuat apa-apa selain menatap wajahnya lagi, menatap Seoyoon secara seksama.

Ungkapan "mata adalah jendela jiwa" benar-benar tepat.

Mata milik Seoyoon dalam, polos dan menyilaukan. Itu seperti matanya adalah permata yang paling jernih didunia. Alisnya lurus, tak ada kecacatan yang bisa ditemukan. Lee Hyun tak bisa menemukan kecacatan apapun pada hidung, bibir, pipi, kening, daun telinga, atau dimanapun ditubuh Seoyoon. Ketika menatap dia, itu terasa seperti segalanya telah berada ditempatnya. Tubuhnya mengungkapkan sebuah kecantikan yang luar biasa.

"Apa kamu sudah lama menungguku?"

"Tidak, aku baru saja sampai. Ayo beli tiket dulu."

Setelah tiba di kota besar diutara dengan menaiki kereta, mereka berencana untuk menyewa sebuah mobil.

Seoyoon bilang bahwa dia memiliki SIM.

"Kapan kamu mendapatkan SIM?"

"Aku mendapatkannya baru kemarin setelah lulus tes."

"..........."
* * *

Di kereta yang menuju ke pantai, mereka memakan kimbap dan soda yang Lee Hyun bawa dari rumah.

Lee Hyun tertidur sambil menatap jendela.

Bepergian meringankan ketegangan dan stres miliknya.

"I....."

Lee Hyun bergumam dengan suara yang pelan. Seoyoon mendekatkan telinganya untuk mendengarkan.

"....tem..."

Lee Hyun sedang menggigau!

Seoyoon juga kurang tidur karena dia sibuk bersiap-siap sejak dini hari. Dia menyandarkan kepalanya pada pundak Lee Hyun dan tidur juga.

Setiap kali kereta berhenti, para penumpang melihat adegan itu ketika menaiki kereta.

‘Pria itu tidak layak untuk cewek itu.’
‘Kenapa cewek itu bersama seorang pria menyedihkan seperti dia...’
‘Ini sungguh tidak adil! Apa-apaan ini!’

Ketika kereta tersebut sampai ditujuan mereka, mereka mengambil tas mereka dan turun.

Tempat persewaan mobil ada didekat stasiun kereta. Setelah menyewa mobil yang mereka pesan, Seoyoon duduk di kursi pengemudi dan Lee Hyun duduk di kursi penumpang.

"Haruskah kita pergi?"

"Setelah menyalakan mobilnya."

Seoyoon menyalakan mobil tersebut dan kemudian berbicara.

"Sekarang, ayo berangkat."

Lee Hyun sangat gugup, tetapi Seoyoon juga tampak kuat di kehidupan nyata.
Sekarang dia sudah menyalakan mobilnya, dia mengemudi dengan sangat lancar. Tetapi kemudian, secara tiba-tiba pembersih kaca aktif!

"Dimana sinyal lampu untuk berbelok?"

"Disebelah sana."

Lee Hyun menyesal karena tidak memiliki SIM.

Setelah meninggalkan pusat kota, Laut Utara Korea terlihat disepanjang tol nasional. Lautan Timur dan

Barat memiliki poin-poin pesonanya sendiri, tetapi Laut Utara memiliki lebih banyak pesona dengan iklimnya yang hangat. Dan juga, tempat itu tidak mahal.
Dengan mengemudi disepanjang pantai, mereka bisa mengelilingi pulau-pulau besar. Ada bunga-bunga yang tumbuh di jalan yang berbelok tepat disamping laut. Ketika mereka sampai, Seoyoon mengeluarkan kamera miliknya.

"Bisakah kita mengambil foto disini?"

"Tentu saja bisa."

Mengambil foto adalah hal yang harus dilakukan ketika melakukan perjalanan.

"Aku akan mengambil fotomu."

Seoyoon memotret Lee Hyun dengan laut sebagai latar belakangnya. Didalam foto itu, dia tampak seperti seorang turis aneh yang terjebak di sebuah pemandangan yang indah.

"Ok, sekarang giliranmu."

Lee Hyun menerima kamera Seoyoon dan menekan shutter'nya. Setiap kali fotonya diambil, itu seperti sebuah sesi pemotretan. Seoyoon hanya berdiri diam seperti Lee Hyun, tetapi itu adalah sebuah citra yang sepenuhnya berbeda.

Lee Hyun merasa seperti pasir-pasir berkilauan dan hembusan angin lembut bersati disekitar dia. Seoyoon tidak tersenyum ataupun mengunakan banyak pose, tetapi dia tampak hebat dengan pemandangan laut musim dingin sebagai latar belakangnya.

Juga ada banyak turis yang ada di pantai tersebut.

Lee Hyun meminta bantuan para turis.

"Permisi... Bisa tolong ambil foto kami?"

Itu tampak seperti mereka sedang melakukan perjalanan kelulusan.

"Tentu, tak masalah."

Orang ini mengambil foto Lee Hyun dan Seoyoon yang berdiri berdampingan.

SNAP!

Mereka memfokuskan tepat pada Seoyoon, mengaburkan Lee Hyun!

‘Sungguh pasangan yang amat sangat tidak cocok.’

‘Pria itu pasti telah menyelamatkan alam semesta di kehidupan masa lalunya.’

Pergi ke beberapa tempat sambil mengendarai mobil, mereka pergi ke tempat-tempat populer para turis dan mengambil foto. Mereka menghabiskan banyak waktu di Royal Road, tetapi kali ini berbeda, tak ada perburuan, tak ada quest, itu seperti mereka berdua sedang kencan.

Segera, hari semakin gelap.

Suhunya menurun dengan cepat setelah matahari tenggelam, jadi mereka mulai mencari tempat untuk menginap.

"Aku menemukan sebuah tempat.... Apa ini jalannya?"

Setelah berkeliaran kesana-kemari dengan mobil mereka, mereka sampai di tempat perkemahan. Dengan harga minimum, mereka bisa menggunakan tempat ini dengan bebas. Ada beberapa kelompok keluarga yang sudah memasang tenda mereka.

"Kita terlambat. Lebih baik kita bergegas."

Lee Hyun mengeluarkan perlengkapan kemah dari tas besar miliknya. Dia meminjamnya dari Ma Sang Bom di dojo. Setelah memasang tenda, dia mengeluarkan kompor untuk merebus air, yang mana dia bisa mendapatkannya di tempat perkemahan, dan menyiapkan makan malam.

Sementara Seoyoon mencuci beras mentah untuk dimasak, Lee Hyun mengambil joran pancing dan menuju ke pantai.

"Aku akan pergi menangkap beberapa ikan untuk makan malam."

Ada pria-pria paruh baya sedang berkonsentrasi pada memancing sembari istri-istri dan putri mereka memperhatikan.

"Ya ampun, gak dapat ikan satu ekor pun."

Mereka ingin unjuk gigi didepan keluarga mereka, tetapi kecuali kau adalah seorang yang dilahirkan dengan bakat pemancing, itu tidaklah mudah. Lee Hyun membuka wadah kecil miliknya.

Para cacing energik ini ditangkap secara langsung dari kebun miliknya pagi ini. Setiap kali dia melemparkan kailnya, dia bisa menangkap ikan dengan cepat.
63cm flatfish!

"Sungguh membuang-buang cacing."
49cm rockfish!

"Aku membutuhkan sesuatu untuk ikan rebus. Ini akan bagus."

Rockfish dikenal sebagai kelezatan di area ini.

"Apa kalian tidak lelah? Berhenti memakan umpanku secara cuma-cuma."

Ikan-ikan memenuhi ember yang Lee Hyun bawa.

Para pria tengah baya menghibur diri mereka sendiri dengan berpikir tentang istri dan putri mereka.

‘Yah asalkan aku memiliki sebuah keluarga bahagia....’
‘Meskipun istriku seringkali bawel, kegembiraan melakukan perjalanan dengan dia tak bisa dikatakan....’ Lee Hyun bergumam sambil memegang jorannya.

"Aku harus kembali untuk makan malam... Akan bagus jika seekor black porgy memakan umpanku. Apa sih yang mereka lakukan, astaga."

Para pria itu berpikir dalam kepala mereka.

‘Hei bocah, black porgy bukanlah semacam ikan gurami yang bisa kau tangkap dengan mudah.’

‘Aku datang kesini sebanyak 12 kali sekarang dan aku bahkan tidak melihat ikan itu.’

Pada saat ini, pelampung milik Lee Hyun sedikit tenggelam. Memilih tempat yang tepat adalah inti dari memancing, menggoyang-goyangkan joranmu sedikit dan membuatnya tampak seperti cacingnya menggeliat adalah kemampuan tahap lanjut! Dan dengan itu, ikan lain memakan umpannya.

Sayangnya, itu bukanlah seekor black porgy. Itu adalah seekor belut laut.

"Ini akan bagus ketika dipanggang."

Ketika Lee Hyun hendak kembali, Seoyoon keluar dari tenda.

"Apa kamu menangkap banyak ikan?"

"Tidak cukup banyak. Aku hanya menangkap ikan secukupnya untuk dimakan."

Setelah Lee Hyun dan Seoyoon kembali ke tenda mereka, mata para pria itu lembab karena air mata.

"Papa, banyak nyamuk yang menggigit. Aku tidak suka disini. Aku mau nonton TV dirumah."

"Sayang, tidak bisakah kamu melakukan hobimu ini sendirian?"

Mereka hanya memiliki waktu yang sedikit untuk bercakap-cakap dengan putri mereka sepulang sekolah dan istri mereka seringkali pergi meninggalkan rumah mereka untuk berjalan-jalan dengan teman-teman mereka.

Para pria ini mengenang masa-masa keemasan mereka ketika mereka masih SMA atau kuliah. ‘Sigh.... Kalau saja aku bisa kembali.’

* * *


Dengan tangannya yang cekatan, Lee Hyun membuat api pembakaran dan menempatkan pemanggang diatasnya. Sampai apinya stabil, dia membuat sup doenjang dan ketika apinya sudah cukup panas, dia memanggang, bukan daging sapi, tetapi berbagai ikan!

"Apa kamu mau bertukar untuk seekor rockfish?"

Berkeliaran ke tenda-tenda yang lain, dia bertukar dengan kerang, kepiting, sosis, dan bahkan beberapa wine murah.

Membalik ikannya, dia juga merebus ikan. Dengan hantaman gelombang yang lembut sebagai latar belakang, mereka menatap bintang-bintang yang berkilauan di langit yang cerah.

"Mari makan."

Makan ikan diluar sangatlah menakjubkan.

Setelah selesai makan, Lee Hyun bahkan membersihkan piring.

"Kamu mau kopi?"

"Tentu."

Mereka duduk di pantai, menikmati secangkir kopi. Ketika telah benar-benar gelap, mereka bisa mendengar suara jangkrik.

Semua tenda lain juga mematikan penerangan mereka.

"Kita harus tidur juga."

Itu adalah sebuah tenda untuk empat orang, jadi ada ruang yang cukup untuk dua orang tidur didalamnya. Meski demikian, tenda itu terasa sempit.

Setelah masuk kantong tidur mereka, mereka bisa mendengar suara nafas masing-masing yang datang dari sisi lain tenda tersebut.

Jantung Seoyoon yang gugup berdetak dengan cepat. Meskipun didalam tenda, didalam kantong tidur yang terpisah, itu terasa seperti mereka tidur di ruangan yang sama.

Seoyoon khawatir bahwa detak jantungnya mungkin terdengar bersama dengan hantaman ombak dan suara jangkrik. Namun, dia segera mendengar suara dengkuran dari Lee Hyun.

* * *
Lee Hyun bangun saat fajar karena suara burung berkicau.

Bahkan ditempat yang asing, dia tidak kesulitan tidur. Malahan, dia tidur nyenyak.

Lee Hyun berbalik dan menemukan Seoyoon masih tertidur sambil menghadap kearahnya. Keluar dari kantong tidurnya, dia keluar tenda pelan-pelan.

‘Haruskah aku membuat kepiting rebus untuk sarapan?’

Lee Hyun mempersiapkan bahan-bahannya dan menunggu Seoyoon bangun.
Berpikir bahwa Seoyoon masih lelah karena perjalanan, dia belum bangun bahkan setelah matahari terbit. Tetapi yang sebenarnya adalah, Seoyoon tidur larut malam karena memandangi wajah tidur Lee Hyun.

Kesan pertamanya terhadap Lee Hyun, pemikiran yang dia miliki setiap kali melihat Lee Hyun di Royal Road, apresiasi karena pergi pada suatu perjalanan bersama-sama.

Dia membuka hatinya dan berbicara tentang hal itu, tetapi Lee Hyun tidak tau karena dia sibuk mendengkur dalam tidurnya.

"Mungkin aku harus berjalan-jalan."

Lee Hyun berjalan di pantai berpasir menghirup udara segar dipagi hari.

‘Cuacanya benar-benar bagus.’

Burung-burung berkicau saat mereka mencari makanan. Dan ada anak-anak kecil berkumpul di pantai, membangun sebuah istana pasir.

‘Aku ingin mencobanya.’

Siapapun yang pergi ke pantai pasti melakukannya setidaknya sekali.

Lee Hyun tak pernah memiliki kesempatan untuk melakukannya, tetapi itu pasti cara yang bagus untuk membunuh waktu. Sepuluh menit kemudian anak-anak lain berkumpul disekitar dan melihat Lee Hyun. Istana pasir yang dia bangun mencapai ukuran sekitar 1.5 meter.

Orang-orang dewasa datang juga, mereka memperhatikan benteng dan menara yang sedang dibangun.

Semua ini berkat kemampuan yang dia kuasai di tempat pembangunan dan patung-patung di Royal Road.

Satu jam kemudian, istana kastil tersebut selesai.

Orang-orang disekitar dia memuji dia untuk kesempurnaannya, tetapi kata-kata mereka tidak mencapai dia. ‘Tak seperti aku bisa menukar ini dalam real estate... atau mendapatkan uang darinya.’

Sebuah pemanfaatan menyeluruh!

Setelah gelombang datang, istana itu akan hancur dan menghilang. Bagaimanapun juga itu adalah sebuah istana pasir yang akan rubuh bahkan pada tiupan angin yang sedikit lebih kuat.

Dengan selesainya istana kastil tersebut, orang-orang pergi satu demi satu, pergi untuk sarapan atau pulang. Lee Hyun memandang gelombang yang datang dan istana pasir itu hancur.

"Kami pergi pada sebuah perjalanan bersama-sama sekarang.... Tapi suatu hari nanti, dia akan pergi sampai ke titik dimana aku bahkan tidak akan bisa mendekat."

Lee Hyun bersedia melepaskan dia demi kepentingan Seoyoon sendiri. Semua waktu yang dihabiskan dengan dia akan tersimpan sebagai kenangan dikemudian hari. Itu sebabnya dia menulis seusatu dibawah istana itu.

Rumah Lee Hyun dan Seoyoon.

* * *


Ketika dia kembali ke tenda, Seoyoon sedang memasak dengan bahan-bahan yang disiapkan.

Setelah sarapan, mereka berencana untuk berkeliling Laut Utara sediikit lagi, sebelum menaiki kereta untuk pulang di siang hari.

Lee Hyun mengemas barang-barangnya dan berbicara pada Seoyoon saat dia merapikan tempat itu.

"Aku akan mengurus ini. Kamu istirahat saja."

Seoyoon berjalan kearah pantai berpasir.

Setelah dia kembali ke kota, dia kemungkinan besar tidak akan melihatnya lagi.
Karena jarang keluar, dia memutuskan untuk mengambil suatu macam suvenir kecil, seperti kulit kerang atau batu kerikil.

"Setelah hari ini, aku akan kembali ke kehidupan normalku lagi."

Berjalan di pasir, dia melihat istana pasir tertentu yang besar.

Dia tidak tau siapa yang membuatnya, tetapi istana pasir itu dibuat dengan sangat baik dan kokoh. Seoyoon menuju istana tersebut.

* * *

Empat pasukan dari Immortal Legion bergerak menuju Morata. Tetapi hanya sebanyak dua pasukan yang berhasil sampai ke jarak satu minggu perjalanan dari Morata. Karena beberapa dari mereka tidak memiliki kaki dan berjalan secara tidak nyaman, mayoritas dari mereka tertinggal. Belum lagi beberapa Undead menjauh dari rute utama, jatuh ke jurang, atau berputar-putar di hutan. Karena pasukan Undead banyak yang berpencar ketika mereka bergerak, lebih banyak korban yang ditimbulkan.

Dan dengan banyaknya monster biasa di utara, mereka menghilang saat monster seperti Goblin, Troll, atau Ogre melindungi wilayah mereka.

"Pasukan Undead mendekat kearah sini."

Para player yang sedang berpetualang dan yang ada di tempat-tempat berburu melihat pasukan Undead dan meningkatkan kewaspadaan di Morata.
Itu adalah event besar bagi para pemula dan Merchant.

Paladin dari Order of Freya dikerahkan tepat setelah mereka ditugaskan pada Morata.

"Tampaknya para Paladin sudah bergerak untuk memburu para undead."

"Order of Freya dan Order of Lugh bergabung dalam quest perburuan undead."

Party-party berburu di Morata bergabung dengan para Priest dan Paladin pada quest tersebut.

Di Lord's Castle, sebuah pasukan pemberantas sedang dibentuk untuk melenyapkan para undead. Ada para Skeleton lemah diantara musuh itu, sehingga siapapun yang berlevel diatas 30 bisa berpartisipasi.

"Ayo pergi untuk bersenang-senang."

"Ayo kalahkan para undead itu!"

Bagi para pemula, ini adalah sebuah event yang bagus dan mereka bisa mendapatkan banyak exp dengan berpartisipasi dalam penekanan berskala besar.

450  unit Paladin dari Order of Freya berkumpul. Para ksatria suci ini sangat kuat dibandingkan dengan para Knight Morata. Karena mereka bukan milik kota atau desa, bahkan seorang Lord pun tak bisa memberi mereka perintah. Mereka hanya bertarung demi Order ketika disana terdapat sebuah krisis religius atau suatu ancaman dari monster. Order of Freya dan Order of Lugh memberi tambahan masing-masing 840 Priest untuk melawan pasukan undead.

Jumlah orangnya sangat menakjubkan, tetapi ada lebih dari 3.000 Priest dalam pasukan pemberantas yang terdiri dari para player biasa. Orang-orang dengan kelas Priest di Morata bergabung dalam quest ini, karena itu bisa meningkatkan Faith milik mereka.

Mereka yang sedang sibuk atau sedang mengerjakan suatu quest, bergegas ke medan pertempuran.

"Yay, para undead!"

"Ya ampun, aku suka undead."

Para Priest dipenuhi dengan kegembiraan ketika mereka melihat semua undead itu.

Para Priest mendekat dengan cepat, hampir disaat yang bersamaan, para Paladin menunggangi kuda untuk pertempur melawan para undead terlebih dahulu. Ada begitu banyak Priest lain di dalam pasukan pemberantas yang datang setelah itu.

Karena reputasi yang sangat tinggi dibandingkan dengan kota-kota lain berkat patung Dewi dan Grand Cathedral, puluhan ribu player memilih menjadi Priest Order of Freya. Hal itu menjadi berkebalikan dengan mereka yang maju kearah Immortal Legion!

Para Paladin dikerahkan, bersama dengan para player berprofesi seperti Mercenary, Warrior, Mage,

Summoner dan Bard yang bergabung pada pasukan pemberantas dan menahan invasi dari pasukan undead.

Dibandingkan dengan para player berlevel tinggi di Benua Tengah, rata-rata level mereka secara keseluruhan tidaklah sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena tingginya jumlah pemula yang memulai di Morata setiap harinya.

Berkat keuntungan semacam itu, Morata menjadi salah satu kota terbesar disamping kota-kota metropolis yang lainnya. Sebelumnya para player Morata memiliki kenangan dari desa mereka sangat tenang dan terpencil, tetapi sekarang, bahkan ditengah malam para Merchant berkemah di setiap alun-alun. Siapapun bisa merasakan bahwa desa itu berubah hari demi hari.

50  ribu orang dalam pasukan pemberantas datang lebih awal! Memang jumlahnya masih kalah dibandingkan dengan dua pasukan undead, yang mana kira-kira lebih dari 60 ribu. Tetapi dengan berkemah di bukit, mereka memiliki keuntungan geografis pada pertempuran tersebut.

Moral mereka sangat tinggi dengan blessing AoE dari para Priest.

Zaffran, yang ditugaskan sebagai kapten dari pasukan pemberantas untuk quest ini, berteriak keras-keras.

"Ayo kita kalahkan para undead ini yang menyerang rumah baru kita, negeri kita!" "Serang!!!"

Para Paladin, pasukan pemberantas dan para Undead saling menyerbu satu sama lain.

Lebih banyak player dalam pasukan pemberantas yang tiba secara terus-menerus dan Immortal Legion penuh dengan para Undead.

Perang diantara dua pasukan akhirnya dimulai.

* * *


Polon mendapatkan informasi dari Guild Hermes.

— Para Necromancer dipanggil oleh suatu kekuatan tak diketahui dan sekarang bertarung untuk Immortal Legion sebagai para Undead.

Bahkan para Necromancer dari guild mereka bersatu dengan Immortal Legion.
Mereka memiliki potensi yang besar dalam menutupi beberapa profesi dalam guild, tetapi sayangnya, Necromancer baru-baru ini menciptakan posisi.

Para Necromancer yang merupakan bagian dari guild mereka bahkan tidak memiliki level yang tinggi dan kecepatan berburu mereka sangat lambat. Mereka saat ini masih terjebak di peringkat Skeleton berlevel tinggi.

Zabrin: Tampaknya setiap Necromancer di Benua Versailles telah berkumpul disana.

Zabrin melaporkan semua informasi melalui saluran komunikasi guild jarak jauh.

Polon, para Knight, Mage dan Ranger dalam pasukan termasuk eksekutif dari Guild Hermes bisa mendengarkan laporan tersebut.

Zabrin: Aku melihat setiap Necromancer terkenal seperti Jeanne atau Bohram.

Polon: Apa quest mereka saat ini?

Zabrin: Aku tidak terlalu yakin, tetapi mereka terus-menerus bertarung dalam quest-quest yang berkaitan dengan pertempuran untuk Immortal Legion.

Zabrin merasa senang memberi laporan. Dalam Guild Hermes, mereka akan memberi dukungan penuh jika mereka berpikir itu memang diperlukan. Belum lagi guild menyediakan equipment yang bagus dan tempattempat berburu, mereka bahkan menyediakan pasukan untuk quest dan keperluan lain.

Jika dia mencapai sesuatu kali ini, dia mungkin bisa berpartisipasi dalam sebuah party berburu yang berada diatas peringkatnya saat ini!

Karena dia melaporkan hal itu dengan peringkatnya saat ini, dia tak bisa bergabung dengan Necromancer lain yang maju lebih jauh lagi, bantuan apapun dari Guild akan menjadi bantuan yang besar bagi Zabrin yang bahkan belum berlevel 300.

Satu-satunya alasan Zabrin bergabung dengan Guild Hermes adalah keserakahan dari menerima dukungan untuk dengan mudah naik level.

Zabrin: Jika kau membutuhkan informasi apapun, aku akan mencarinya. Aku sudah punya banyak teman Necromancer, jadi aku harusnya bisa mendapatkan informasi apapun yang kau mau.

Polon: Akan bagus jika kau bisa menciptakan suatu pengaruh diantara para Necromancer.

Zabrin: Ok, aku akan mencobanya. Tapi sebagian besar Necromancer yang terkenal dan kuat telah dipromosikan pada peringkat yang lebih tinggi dan bertarung disuatu tempat yang tertutup. Sayangnya levelku rendah dan aku tak bisa mengikuti mereka sekarang ini.

Polon: Bisakah kau memakai equipment untuk Mage?

Zabrin: Ya aku bisa. Akan jauh lebih baik jika itu adalah sebuah item terkutuk. Skeleton dan Ghost bisa memakai equipment tanpa adanya pemabatasan ras. Contohnya, sebuah item terkutuk yang mengurangi HP dan meningkatkan MP, bisa meningkatkan keduanya bagi Undead.

Bagi Zabrin, item-item terkutuk jauh lebih baik.

Polon: Apapun yang kau butuhkan, kau akan mendapatkannya. Tetapi kau harus menyediakan laporan harian dan memberitahuku dengan segera jika kau mendengar sesuatu yang pentung. Jadikan prioritas informasi apapun tentang Weed.

Zabrin: Kau bisa mempercayaiku. Sebagai seorang anggota Guild Hermes, aku tak akan mengecewakanmu.

* * *
Setelah kembali dari perjalanan, Weed log in lagi dan berada di lembah dimana Immortal Legion berada. Dengan berhasilnya promosi menjadi Death Knight, dia ditempatkan di lembah untuk bertempur.  

*Ding!*


Garrison of Kilizar

Immortal Legion memiliki kepercayaan yang besar pada kemampuanmu.

Setelah menyelesaikan setiap misi sejauh ini, Immortal Legion mengharapak kamu untuk membasmi musuh di Lembah Kilizar.

Tingkat Kesulitan: B

Persyaratan: Hanya untuk Undead

Tingkat kesulitannya meningkat drastis. Beruntungnya, 33 Necromancer lainnya termasuk Jeanne, Otem, Bohram, Harien, Gruzed, Varenna, dan Goshu datang bersama dia.

Karena mereka adalah para Mage atau Summoner sebelum menjadi Necromancer, level mereka sudah tinggi.

Jeanne telah naik level berulang kali setelah menjadi seorang Necromancer dan level miliknya saat ini diperkirakan sekitar level 408.

Karena masing-masing individu memiliki statistik dan skill yang berbeda, membuatnya sulit untuk mengasumsikan level seseorang hanya dari jumlah undead yang bisa dipanggil seseorang. Dan juga mempertimbangkan kemungkinan bahwa mereka menyembunyikan kekuatan sejati mereka, itu jauh lebih rumit.

Varenna mengungkapkan levelnya adalah 390 dan mengingat konsumsi Mana yang besar ketika melakukan pemanggilan dan mengeluarkan dark magic, Jeanne harusnya setidaknya berada di level 408.

‘Tak mengherankan mereka dianggap sebagai salah satu Necromancer terbaik.’

Weed mengakui para Necromancer yang berdiri dihadapan dia. Bukan hanya mereka menakjubkan dalam mengendalikan para undead milik mereka, mereka juga tidak ragu-ragu menggunakan skill-skill sempurna mereka dalam pertempuran.

Weed memilih sebuah kelas dengan skill tempur secara langsung, sementara kelas mereka terspesialisasi dalam pemanggilan undead.

Death Wizard dan Death Witch!

Para player lain memilih kelas sebagai Wizard dan Wicth.

Untuk mengendalikan para undead, mayat diperlukan untuk dibangkitkan dan diperkuat sebelum pertempuran dimulai. Dan juga segala macam kutukan harus dirapalkan pada musuh, melemahkan, memperlambat dan memusingkan mereka.

Necromancer adalah sebuah kelas yang sangat sibuk, meledakkan mayat atau memanggil penjaga untuk melindungi mereka.

Dibandingkan dengan para Mage dan Cleric lain yang bisa bergantung pada anggota party mereka untuk melindungi mereka dalam pertempuran sembari secara stabil mempersiapkan sihir, para Necromancer memiliki banyak hal untuk dilakukan sembari mengamati medan pertempuran.

Sebagai sebuah pasukan satu orang, mereka harus mendukung para undead, dengan berbagai statistik dan skill juga harus ditingkatkan. Kekuatan Necromancer sangat berbeda bergantung pada pengamatan tajam, kecepatan bereaksi dan kemampuan untuk memahami situasi milik mereka berada diluar dugaan.

‘Tidak buruk, sama sekali tidak buruk.’

Weed sangat puas dengan dirinya yang menjadi seorang Death Knight.

‘Itu bagus untuk memiliki sekutu yang hebat.’

Ketika para Necromancer ini membawa para undead kedalam pertempuran, yang perlu dia lakukan adalah membunuh monster-monster itu dan mendapatkan exp serta item drop.

Dengan ribuan undead dan monster saling terlibat satu sama lain dalam pertempuran, ada begitu banyak musuh yang harus dibunuh.

‘Mereka berdatangan tanpa henti.’

Tempat ini adalah sebuat tempat yang akan disebut oleh orang-orang sebagai surganya monster-monster kuat.

Ada sebuah alasan manusia tak bisa datang kesini untuk berburu. Monster-monster muncul kembali dengan sangat cepat dan memiliki kecerdasan untuk bergerak dalam kelompok.

Immortal Legion sangatlah kuat, tetapi monster-monster ini juga memiliki stardart yang tinggi.

Para undead ini mengenakan senjata dan armor yang dijarah dahulu sekali setelah jatuhnya Kekaisaran Niflheim.

Para monster menganggap Immortal Legion sebagai suatu ancaman serius dan terus-menerus menyerang mereka. Dan itu tak seperti Barkhan akan datang dan menghujankan mantra tanpa henti pada para monster.

Beginilah medan pertempuran yang ganas dan kacau bagi para undead dan monster yang telah dipersiapkan. Weed berburu jauh didalam sisi monster, naik level sampai 394.

Kurang dari 10 menit kemudian, kelompok monster datang lagi.
Dia melihat naiknya debu pasir dan merasakan kehangatan kehidupan mendekat dari kejauhan.

"Musuh akan segera datang. Gunakan mantra penguatan pada para undead."

Saat Jeanne berbicara, mereka bangun dari meditasi pengisian Mana mereka dan dengan cepat bersiap untuk pertempuran yang selanjutnya.

Para Necromancer mengakui Jeanne sebagai kapten mereka. Karena pasukan Undead harus bekerja sama setiap kali mereka bertempur, mereka secara spesifik mengerjakan tugas-tugas mereka.

"Bertarung! Jangan mundur!" 
"Bunuh mereka semua!"

Para undead yang dipanggil oleh Otem, Boram, Harien dan Gruzed mengambil senjata dan perisai mereka.

"Bone Strike!"
"Ice Field!"
"Poison Cloud!"
"Unholy Weapon!"

Di lembah itu, Jeanne, Varenna, Goshu, dan para player lain terus menerus mengeluarkan mantra-mantra serangan.

Segala macam kutukan dan mantra dari para Necromancer berlevel tinggi menghantam pasukan monster yang menuju kearah lembah.

Para Skeleton Mage dan Skeleton Archer menghujankan serangan-serangan mereka masing-masing.

Pertempuran lain dimulai dilarut malam!

Para undead memiliki keuntungan secara geografis, tetapi monster-monster ini juga mengesankan. Mereka menerjang, menebas para undead dengan kapak.

"Summon Phantom Horse!"

Weed naik keatas kudanya.


Moral kuda berada pada tingkat maksimum

Fighting Spirit, Charisma dan Agility meningkat sebesar 10%

Saat kuda setan miliknya muncul, kuda itu meningkatkan statistik miliknya sebagai seorang Death Knight. "Maju!"

*NEIGHHHH!*

Diatas kudanya, Weed berlari menuruni bukit.

Skill menunggang kuda miliknya tidaklah bagus awalnya, tetapi skill tersebut terus meningkat ketika dia adalah seorang Skeleton Knight dan Death Knight. Meski begitu, dia dengan penuh keberanian menuruni bukit sembari berada diatas kuda!

"Aku datang exp dan item-itemku!"

Dia menyerbu para monster yang mencoba menaiki bukit yang dihujani panah dan mantra.